Jumat, 24 Desember 2010

Sebuah Permulaan

Sebelum hari libur tiba, saya mencoba mengumpulkan beberapa siswa yang "berniat" dan "gelisah". Menentukan hari dan jam diskusi yang tepat. Ketika kulempar tanya, ingin menulis apa kalian? Mereka menjawab sangat beragam, ada yang ingin menjadi cerpenis, novelis, penyair. Tapi sayang tak ada yang menyodorkan karya sedikit pun pada saya. Tapi setidaknya beberapa anak yang berkumpul itu sudah selangkah lebih maju dari beberapa temannya yang hanya sibuk dengan aktivitas kepulangan. Entah itu, mencuci peralatan makan, baju, dan menata asrama. Dan juga aktivitas-aktivitas sekolah setelah ujian, cerdas cerman, bulu tangkis dan catur. Di tengah keramaian mereka menentukan hari dan jam, tiba-tiba dua siswa datang menghambiri saya. Kemudian menyodorkan sebuah kertas, berikut isi kertas itu:

Muara Kasih Bunda

Bunda...
Engkaulah muara kasih dan sayang
Apa pun pasti kau lakukan
Demi anakmu yang kau sayang
          Bunda tak pernahkah berharap budi balasan
          Atas apa yang kau berikan
          Untuk diriku yang kau sayang
          Serta diriku dekat dengan Sang Tuhan
Penuh kasihmu dan sayang
Serta kau jauh dari jangkauan
Doamu terkabulkan
Doakan diriku Bunda
          Karena kau sengaja kumembuat
          Lemah hatimu terluka
          Kuingin kau tahu Bunda
          Betapaku mencintaimu lebih dari segalanya
Kumohon restu dalam hangatmu
Bahagiaku seiring doamu...
                                      (Intan Purnama Sari)

Oh...sebuah puisi, saya terkejut. Tapi kenapa anak itu tidak hadir dalam sekumpulan "orang-orang aneh" ini. Kenapa saya menyebut sekumpulan "orang-orang aneh" karena orang yang konsentrasi dalam menulis itu melakukan sebuah cara khusus, di mana cara itu terkadang dinilai akan sedikit menyimpang dari kebiasaan. Sehingga seorang penulis, biasanya lebih peka dan mampu membaca keadaan.Karena Seorang penulis mampu membaca dan memikirkan yang tidak banyak dipikirkan oleh orang pada umumnya. Jadi bersiaplah kalian para siswa yang terkumpul di pertemuan ini, siap untuk dianggap orang aneh. Aneh yang tidak akan dilupakan sejarah, aneh yang selalu menjadi sorot, aneh yang selalu dimuliakan. Sebab keanehan itu terlahir dan memanfaat otak yang telah dianugrahkan oleh Allah pada kita, serta menjadikan kita sebagai makhluk yang paling mulia.
Intan telah mendahului beberapa teman yang sudah berkumpul dalam pertemuan "orang-orang aneh" itu. Intan telah melakukan konsentrasi terlebih dahulu. Kelisahan akan sosok ibu itu, membuat Intan mengonsentrasikan menjadi "Puisi", inspirasi yang menyita waktu dan pikirannya berhari-hari. Itulah proses kreatif yang dilalui seorang penulis.
Dalam pertemuan itu, saya juga terusik dengan seorang siswa yang merengut. Saya tidak mendiamkan hal itu, saya bertanya. "Kamu kenapa?" Dengan lirih dan penuh rasa sedih ia menjawab, "Puisi saya hilang lagi! Buku kumpulan puisi saya hilang pak! sudah ada dua puluh puisi." Oh...sangat menyakitkan. Hal itu yang kerap terjadi pada beberapa penulis, sehingga kita harus pandai-pandai mencari solusi. Tapi saya sangat bangga dengan mereka semua. Semoga niat mulia mereka kelak akan mendapatkan balasan yang lebih. Terus menulislah anak-anakku...

Selasa, 21 Desember 2010

Proses Kreatif

Dalam menulis dibutuhkan proses, tidak bisa seperti minum air mineral ataupun mie instans yang siap saji. Menulis merupakan sebuah profesi yang bisa didapatkan dengan jerih payah dan kerja keras. Tanpa itu, sangatlah mustahil. Dalam menulis, seseorang harus menguasai Baca-Tulis. kenapa? Karena dalam menulis sangat perlu ketekunan, terus menulis dan membaca merupakan salah satu cara agar di saat menulis tidak menemukan kebuntuan. Jadi, mari terus menulis dan membaca sebanyak-banyaknya.

Mengenai Axy Central Words

komunitas ini terlahir karena kegelisahan seorang guru. Di mana itu sewaktu tes masuk ditanya mengenai kesanggupan untuk mengelolah ekstra menulis dan teater. Tetapi satu semester sudah berjalan, tidak ada tanda-tanda mengenai ekstra itu. Dan lahirlah komunitas ini.

Axy Central Words
lahir di Madrasah Amanatul Ummah. Sebuah lembaga pendidikan yang berprogram Akselerasi (sekolah hanya dua tahun saja). Alamat sekolah itu di Dusun Kembang Belor, Desa Kembang Belor, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur.